. TKA TPA AL BANNA [ انسان مسلم ]: Karena Aku Ingin Berbagi
Have an account?

Sabtu, 24 Maret 2012

Karena Aku Ingin Berbagi


Oleh Fiyan "Anju" Arjun

”Mengajarkan ilmu kepada orang yang belum mengetahuinya adalah shadaqah...”
(HR. Ibnu Abdil Barr)
Setiap hari Selasa adalah hari dimana menurutku sangat membahagiakan dan menyenangkan. Karena apa? Karena aku bisa menyapa dan bisa bercakap-cakap kembali dengan bidadari-bidadari kecilku. Begitu aku menyebutnya untuk anak-anak didikku yang lucu sekaligus smart.
Ya, sejak aku menjadi seorang guru ekskul Jurnalis Cilik (Jurcil) selama 2 tahun dari tahun 2010 hingga sekarang ini kini hidupku bertambah lagi. Penuh dengan warna yang lain daripada biasanya. Tidak seperti dulu aku hanya berkutat berprofesi sebagai mahasiswa dan penulis freelance saja! Tak ada kesibukan lainnya.
Monoton? Benar! Itu yang aku alami. Namun sejak aku menjadi guru ekskul Jurnalis Cilik (Jurcil) di sebuah sekolah berbasis IMTAQ dan IPTEK. Sekolah Dasar Islam Plus (SDIP) berlokasi di daerah Tangerang. Walau aku menempuhnya dengan dua kali naik angkotan umum. Tapi di sekolah itulah aku bisa mengajarkan ekskul Jurnalis Cilik (Jurcil) sekaligus bisa menyapa kembali dengan bidadari-bidadari kecilku. Begitu aku menyebutnya untuk anak-anak didikku yang lucu sekaligus smart.
Namun di Tahun Ajaran Baru 2011-2012 aku kewalahan mengajarkan anak-anak didikku. Karena makin lama makin banyak sekali peminat ekskul ini. Ada wajah-wajah mungil dan ceriwis yang menghias di hadapanku kembali. Tapi tidak sedikit pula wajah-wajah yang membuat aku selalu membuat aku tersenyum. Namun sayangnya dengan banyak yang minat ekskul ini kekhuwatiranku meraja.
Dan..., ternyata dugaanku benar. Makin banyak ekskul ini aku kewalahan mengatur mereka. Apalagi ekskul ini sekarang diminati oleh anak kelas 3 SD. Yang menurutku untuk anak seusia (kelas) itu khawatir tidak bisa menangkap apa yang aku sampaikan. Ini menurutku. Tidak seperti tahun lalu. Tahun Ajaran Baru 2010-2011 aku hanya mengajar kelas 4, 5 dan 6 SD. Dan menurutku usia seperti itu, mereka wajar—dan bisa menangkap apa yang aku sampaikan. Tetapi ketika tahun ajaran ini diminati oleh anak kelas 3 SD aku semakin diliputi kekhawatiran kembali. Karena banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang diluar dugaanku dari tahun sebelumnya. Dan itu keluar dari mulut kecil mereka. Anak didikku kelas 3 SD.
Memang mereka itu masih baru. Dan masih banyak belum aku kenal. Pernah suatu hari pada pertemuan pertama masuk mengajarkan ekskul ini. Aku menanyakan mereka kenapa masuk di ekskul ini? Dari jawaban mereka yang aku terima mereka mengikuti dan minat ekskul ini karena anjuran dari orangtuanya bukan dari diri anak didikku semata.
"Saya ikut ekskul Jurcil karena Mama masuki ekskul ini, Pak!”
"Mama yang memilih ekskul ini buat aku."
"Saya tidak tahu, Pak!"
Aku yang mendengar ucapan mereka hanya tersenyum ketika kukembali mulai mengajar ekskul di Tahun Ajaran Baru ini. Dan tentu ajaran baru pastinya ada anak baru yang ikut ekskul ini. Namun sayang lagi-lagi kekhawatiranku keluar juga.
Suatu hari di hari Selasa seperti biasa di pertemuan yang ke empat kalinya. Aku pun mendapatkan pertanyaan dari anak didikku ini. Anak didikku ini dari kelas 3 SD. Tipenya selalu memperhatikan aku dari mimik hingga cara aku mengajari setiap kali pertemuan. Memang anak didikku ini juga asal bicara ceplas-ceplos. Hingga membuat aku terkadang lebih baik aku ditenggelamkan bumi saja ketimbang anak didikku ini buka suara. Ada saja yang dipertanyakan dibanding anak didikku yang lainnya. Dan pertanyaannya itu akhirnya keluar dari mulut kecilnya.
"Pak, saya bosan ekskul masa sih menulis melulu. Saya mau keluar aja, Pak!"
Begitu ucapannya saat aku sedang mengajar. Saat itu aku tidak lantas menjawabnya. Karena dari segi waktu jam ekskul hampir selesai. Mungkin nanti saat pertemuan selanjutnya.
Di pertemuan selanjutnya aku akhirnya menjawab ucapannya itu dari anak didikku. Secara kebetulan dalam pertemuan eskul tersebut sudah aku jadwalkan. Belajar di ruang bebas di luar sekolah. Tepatnya di taman yang tidak jauh dari tempat aku mengajar. Dan mereka pertama kali aku minta untuk memperhatikan sekeliling. Apa saja yang ada di taman itu? Lalu aku pun memberikan tugas untuk menuliskannya. Mencari gagasan (ide) untuk menulis di alam bebas. Itulah materi yang akan aku sampaikan pada pertemuan kali itu.
"Baiklah sebelum Bapak menyuruh kalian memberikan tugas selanjutnya. Dengarkan Bapak dulu bicara. Bapak akan memberitahukan bahwa ekskul Jurnalis Cilik ini beda dari ekskul;-ekskul lainnya. Ekskul ini memang banyak menulis. Bukankah kalian bercita-cita menjadi wartawan, repoter bahkan menjadi penulis? Nah, jadi ekskul ini memang banyak menulis."
Begitulah ucapanku sekaligus untuk menjawab dari anak didikku itu. Dan saat aku mengatakan begitu kulihat anak didikku itu hanya diam. Entah, apakah ia pikirkan? Aku tidak tahu. Enahlah.
Namun ada juga sebersit kesedihan pula. Dan menyesal ketika mengatakan seperti itu. Yakni ucapan aku di saat pertemuan itu. Apakah nanti khususnya salah satu anak didiku itu tak seperti dulu lagi. Ada saja yang dipertanyakan. Kalau begitu apakah aku salah menjawab ucapannya pada saat pertemuan itu?
"Pak, Pak tolong ikatkan kerudung saya dong Pak. Kerudung saya ini talinya lepas." Tiba-tiba usai pertemuan di taman aku dihampiri salah satu anak didikku.
Oya, mau tahu siapa anak didikku yang meminta ikat kerudungnya padaku? Dialah anak didikku yang bertanya saat pertemuan ekskul terdahulu.
Semoga aku bisa lebih bijak lagi menghadapi semua kemungkinan yang terjadi. Karena aku bukanlah guru yang berasal dari disiplin ilmu. Bukan pengajar semestinya. Tapi aku hanya ingin berbagi ilmu yang aku miliki agar mereka jika sudah besar nanti selalu hidup saling berbagi dan mengasihi kepada sesama serta berbakti kepada orangtua. Tentunya membudayakan membaca dan menulis. Semoga.[]
Email:untukteras@gmail.com
FB:bujangkumbang@yahoo.co.id

0 komentar:

Posting Komentar