Oleh Syaripudin Zuhri
Jilbab,
pakaian muslimah yang telah mendunia dan di Indonesia orang sudah
dengan leluasa memakai jilbab, walaupun belum sebagaimana mestinya,
tapi yang memakai jilbab sudah berusaha untuk menjadi muslimah yang
baik, walau masih banyak yang malu-malu. Jilbab yang seharus menutup
aurot dan tak membentuk tubuh, masih “campur” aduk dengan pakaian
ketat, aneh jadinya, di atasnya berjilbab tapi ke bawahnya, membuat
orang geleng-geleng kepala.
Yang repotnya pakai jilbab, tapi akhlak, tingkah laku dan mulutnya
sama saja dengan tak memakai jilbab, jadi jilbab belum mampu “mengerem”
pemakainya. Tapi itu sudah sukur, sudah mau memakainya, nanti secara
bertahap akhlak, tingkah laku dan mulutnya menyesuaikan diri dengan
jilbab yang di pakai. Tapi memang memakai jilbab itu punya tantangan
sendiri, entah dari teman, lingkungan atau memang ada pihak-pihak
“tertentu” yang berusaha menjegal muslimah berjilbab.
Heran…. hari gini masih saja orang yang tak suka atau tak setuju
bila perempuan muslim pakai jilbab? Bahkan ada yang sampai alergi atau
paranoid bila ada wanita muslim berjilbab hitam dengan baju gamisnya
yang longgar dan tidak ketat.
Nah sekarang mukena karena mungkin mengikuti model dan jadi warnanya
macem-macem, ada merah muda, hijau muda, biru muda dan sebagainya.
Sehingga ketika ada sholat Id, baik Idul Fitri atau Idul Adha, di
jamaah perempuan akan terlihat mukena yang warna warni, yang dulunya
tak akan pernah di jumpai, sekarang… anda bisa lihat sendiri.
Sebenarnya warna putih melambang kesucian dan kebersihan, makanya
ketika dalam ibadah haji akan terlihat kemana-mana Anda pergi di kota
suci Mekkah ketika orang memakai pakaian ihrom, semuanya serba putih!
Lalu apa hubungannya dengan jilbab? Di dua tanah suci Mekkah dan
Madinah dan seluruh jazirah Arab ada semacam kewajiban memakai jilbab!
Dan anehnya ada yang “gerah” ketika muslimah memakai jilbab di gurun
pasir sana, yang katanya panas-panas kok pakai jilbab, apa tidak
semakin panas!
Orang seperti ini memang menilainya dari sisi duniawi, bukan sisi
keimanan! Wanita yang beriman, walaupun panas-panas akan tetap memakai
jilbab dan itu dibuktikan bukan hanya di gurun Sahara atau gurun Rub’al
Khali, Nafud dan sebagainya, juga di Rusia ketika musim panas menyengat
di bulan Juni dan Juli, wanita muslimah Rusia tetap memakai Jilbab,
lalu mengapa ada pihak-pihak yang meributkannya, aneh!
Jadi memakai jilbab bukan karana budaya, tapi iman! Kalau karena
alasan budaya, muslimah Indonesia dan Rusia mungkin tak akan
memakainya, itu karena panggilan iman. Mengapa? Karena bila di Bali
misalnya, wanita muslimahnya tetap memakai Jilbab, walau budayanya atau
kebiasaan wanita di pedesaan terbuka dadanya.
Jadi sangat tidak beralasan kalau ada “pihak lain” yang
“mencak-mencak” melihat wanita Muslimah berjilbab! Tapi anehnya ketika
perempuan non muslim yang juga taat pada aturan agamanya tertutup
rapat, di tempat-tempat ibadah mereka dan mengabdikan pada Tuhan
mereka, sehingga mereka tak menikah, tak ada yang mengusik-ngusik, tak
ada yang”mencak-mencak” dan tak ada kata larangan, aneh bin ajaib!
Namun ketika muslimah memakai jilbab dan berada di negara yang yang
mayoritasnya non muslim, wanita muslimah ini diburu-buru, bahkan sampai
dikeluarkan semacam peraturan atau UU agar wanita muslimah yang
berjilbab tak leluasa bergerak.
Dan alhamdulillah di Rusia tak demikian, wanita muslim Rusia bebas
memakai jilbabnya dan tak ada tanda-tanda mereka dikucilkan! Atau
mereka di buru-buru oleh orang yang merasa “gerah” melihat perempuan
berjilbab, loh apa salah perempuan yang berjilbab? Apa salah mereka
memakai jilbab, padahal itu tuntunan agama yang mereka anut. Perkara
ada wanita muslimah yang belum berjilbab itu perkara lain, mungkin saja
mereka masih belum terbiasa atau belum tergerak hatinya untuk memakai
jilbab.
Lucunya lagi, ada yang mengaku paham demokrasi, tapi ketika ada yang
berbeda pendapat dengan mereka, tetap aja ngotot, agar orang lain
mengikuti pendapat mereka! Orang semacam ini merasa terganggu kalau ada
orang yang karena alasan agamanya mendukung orang yang berjilbab dan
orang semacam ini lebih suka perempuan-perempuan serba terbuka
pakaiannya dengan alasan tak mengganggu siapa-siapa.
Tapi anehnya ketika wanita muslilmah berjilbab, yang juga tidak
membuat orang terganggu atau tak mengganggu siapapun, mereka teriak,”
itukan pakain Arab! Itukan budaya Arab, itukan bukan budaya Indonesia,
jilbab tak cocok buat di Indonesia!” Begitu seterusnya mereka
berteriak, anehkan.
Mengapa jilbab seperti momok yang menakutkan? Padahal jilbab adalah
pakian muslimah yang dianjurkan dan lagi-lagi tak mengangganggu
siapapun, bahkan ketika mereka berolah ragapun denga pakaian tetap
tertutup, biasa saja, tak ada masalah.
Yang mengherankan lagi-lagi pihak “lain”, muslimah yang berjilbab,
kok mereka yang kerepotan, bahkan di jaman Orba, PNS yang pakai jilbab
dilarang, anak sekolah yang berjilbab dikeluarkan dri sekolah dan lain
sebagainya, seakan-akan jilbab itu barang haram. Tapi yang pakai rok
mini, yang mengundang syahwat dibiarkan lenggang kangkung!
Aneh memang dunia, orang yang menjalankan agamanya kok diributkan,
orang yang membela agamanya kok dicurigai, orang memberantas
kemaksiatan dan kemungkaran malah dimusuhi, sedangkan tempat-tempat
maksiat dilindungi, pemabok-pemabok dibiarkan dan minuman keras beredar
semaunya. Dunia memang mau kiamat, bila kemaksiatan merajalela,
sedangkan orang-orang yang melakukan kebaikan, malah disingkirkan!
Kita kembali ke jilbab, apa salahnya muslimah berjilbab? Toh tak ada
yang terganggu dan tak melanggar HAM, bahkan muslimah yang berjilbab
termasuk mengamalkan Pancasila, terutama sila pertama: “Ketuhanan Yang
Maha Esa” Bukankah muslimah yang berjilbab berarti taat kepada Tuhannya
dan menjalankan ajaran Tuhan itu sesuai dengan Pancasila, lalu mengapa
di jaman Orba muslimah yang mengamalkan Pancasila justru disalahkan?
Anehkan.
Semoga hal tersebut tak terjadi lagi di Indonesia dan semoga tak ada
lagi “pihak-pihak tertentu” yang mengadu domba ummat Islam dengan
pemerintahnya! Kalaupun ada yang mencoba mengadudomba ummat Islam,
semoga ummat Islam tak terpancing, baik dalam bentuk perorangan, ormas
atau partai! Semoga ummat Islam tetap bersatu dengan sesamanya dan
semoga Indonesiapun tetap damai dan tak mudah terpancing oleh isu-isu
pecahnya NKRI!
Ada beberapa daerah yang sudah menerapkan perda dengan mengajurkan
setiap muslimah memakai jilbab, anehnya ada pihak-pihak tertentu yang
tak suka, anehkan? Perda menganjurkan muslimah berjilbab, ada pihak
yang menuduh “macam-macam” herannya wanita yang pakai rok mini, pakaian
yang mengundang syahwat dibiarkan. Memang Islam tak bisa dihancurkan dengan idiologi… tapi mereka mencoba dihancurkan dengan budaya.
Budaya Barat yang merusak, dengan pakain, music, film, internet dan
sebagainya “dijejali” pada ummat Islam dan remaja-remaja muslimah.
Maka berhatilah-hatilah, mula-mula yang diperangi jilbab dengan
alasan prulalisme, libralisme dan kapitalisme, jilbabnya bertahan,
dihantam dengan budaya yang merusak, narkoba dan lain sebagainya, siapa sasarannya? Ya ummat Islam! Semoga ummat Islam tak terpancing dan tak mudah terprovokasi oleh apa dan siapapun.
Oke, kita kembali ke muslimah Rusia, kalau di Rusia setiap muslimah
ya berjilbab, jadi jelas sekali bedanya antara wanita Rusia yang non
muslim dengan wanita Rusia yang muslimah. Bukti yang paling menarik di musim panas yang suhunya bisa menyengat, karena biasanya dingin, wanita Rusia yang muslimah tetap berjilbab! Nah
kalau muslimah Rusia saja berjilbab terus, mengapa tidak diambil
pelajaran bagi yang muslimah Indonesia yang belum berjilbab? Dan kalau
ada pihak-pihak yang mencoba menghalangi atau memperlemah wanita
berjilbab, mari kita lawan sama-sama dan katakan” Ini hak muslimah!”
Jilbab, pakaian muslimah yang telah mendunia dan di Indonesia orang sudah dengan leluasa memakai jilbab, walaupun belum sebagaimana mestinya, tapi yang memakai jilbab sudah berusaha untuk menjadi muslimah yang baik, walau masih banyak yang malu-malu. Jilbab yang seharus menutup aurot dan tak membentuk tubuh, masih “campur” aduk dengan pakaian ketat, aneh jadinya, di atasnya berjilbab tapi ke bawahnya, membuat orang geleng-geleng kepala.
Yang repotnya pakai jilbab, tapi akhlak, tingkah laku dan mulutnya sama saja dengan tak memakai jilbab, jadi jilbab belum mampu “mengerem” pemakainya. Tapi itu sudah sukur, sudah mau memakainya, nanti secara bertahap akhlak, tingkah laku dan mulutnya menyesuaikan diri dengan jilbab yang di pakai. Tapi memang memakai jilbab itu punya tantangan sendiri, entah dari teman, lingkungan atau memang ada pihak-pihak “tertentu” yang berusaha menjegal muslimah berjilbab.
Heran…. hari gini masih saja orang yang tak suka atau tak setuju bila perempuan muslim pakai jilbab? Bahkan ada yang sampai alergi atau paranoid bila ada wanita muslim berjilbab hitam dengan baju gamisnya yang longgar dan tidak ketat.
Nah sekarang mukena karena mungkin mengikuti model dan jadi warnanya macem-macem, ada merah muda, hijau muda, biru muda dan sebagainya. Sehingga ketika ada sholat Id, baik Idul Fitri atau Idul Adha, di jamaah perempuan akan terlihat mukena yang warna warni, yang dulunya tak akan pernah di jumpai, sekarang… anda bisa lihat sendiri. Sebenarnya warna putih melambang kesucian dan kebersihan, makanya ketika dalam ibadah haji akan terlihat kemana-mana Anda pergi di kota suci Mekkah ketika orang memakai pakaian ihrom, semuanya serba putih!
Lalu apa hubungannya dengan jilbab? Di dua tanah suci Mekkah dan Madinah dan seluruh jazirah Arab ada semacam kewajiban memakai jilbab! Dan anehnya ada yang “gerah” ketika muslimah memakai jilbab di gurun pasir sana, yang katanya panas-panas kok pakai jilbab, apa tidak semakin panas!
Orang seperti ini memang menilainya dari sisi duniawi, bukan sisi keimanan! Wanita yang beriman, walaupun panas-panas akan tetap memakai jilbab dan itu dibuktikan bukan hanya di gurun Sahara atau gurun Rub’al Khali, Nafud dan sebagainya, juga di Rusia ketika musim panas menyengat di bulan Juni dan Juli, wanita muslimah Rusia tetap memakai Jilbab, lalu mengapa ada pihak-pihak yang meributkannya, aneh!
Jadi memakai jilbab bukan karana budaya, tapi iman! Kalau karena alasan budaya, muslimah Indonesia dan Rusia mungkin tak akan memakainya, itu karena panggilan iman. Mengapa? Karena bila di Bali misalnya, wanita muslimahnya tetap memakai Jilbab, walau budayanya atau kebiasaan wanita di pedesaan terbuka dadanya.
Jadi sangat tidak beralasan kalau ada “pihak lain” yang “mencak-mencak” melihat wanita Muslimah berjilbab! Tapi anehnya ketika perempuan non muslim yang juga taat pada aturan agamanya tertutup rapat, di tempat-tempat ibadah mereka dan mengabdikan pada Tuhan mereka, sehingga mereka tak menikah, tak ada yang mengusik-ngusik, tak ada yang”mencak-mencak” dan tak ada kata larangan, aneh bin ajaib!
Namun ketika muslimah memakai jilbab dan berada di negara yang yang mayoritasnya non muslim, wanita muslimah ini diburu-buru, bahkan sampai dikeluarkan semacam peraturan atau UU agar wanita muslimah yang berjilbab tak leluasa bergerak.
Dan alhamdulillah di Rusia tak demikian, wanita muslim Rusia bebas memakai jilbabnya dan tak ada tanda-tanda mereka dikucilkan! Atau mereka di buru-buru oleh orang yang merasa “gerah” melihat perempuan berjilbab, loh apa salah perempuan yang berjilbab? Apa salah mereka memakai jilbab, padahal itu tuntunan agama yang mereka anut. Perkara ada wanita muslimah yang belum berjilbab itu perkara lain, mungkin saja mereka masih belum terbiasa atau belum tergerak hatinya untuk memakai jilbab.
Lucunya lagi, ada yang mengaku paham demokrasi, tapi ketika ada yang berbeda pendapat dengan mereka, tetap aja ngotot, agar orang lain mengikuti pendapat mereka! Orang semacam ini merasa terganggu kalau ada orang yang karena alasan agamanya mendukung orang yang berjilbab dan orang semacam ini lebih suka perempuan-perempuan serba terbuka pakaiannya dengan alasan tak mengganggu siapa-siapa.
Tapi anehnya ketika wanita muslilmah berjilbab, yang juga tidak membuat orang terganggu atau tak mengganggu siapapun, mereka teriak,” itukan pakain Arab! Itukan budaya Arab, itukan bukan budaya Indonesia, jilbab tak cocok buat di Indonesia!” Begitu seterusnya mereka berteriak, anehkan.
Mengapa jilbab seperti momok yang menakutkan? Padahal jilbab adalah pakian muslimah yang dianjurkan dan lagi-lagi tak mengangganggu siapapun, bahkan ketika mereka berolah ragapun denga pakaian tetap tertutup, biasa saja, tak ada masalah.
Yang mengherankan lagi-lagi pihak “lain”, muslimah yang berjilbab, kok mereka yang kerepotan, bahkan di jaman Orba, PNS yang pakai jilbab dilarang, anak sekolah yang berjilbab dikeluarkan dri sekolah dan lain sebagainya, seakan-akan jilbab itu barang haram. Tapi yang pakai rok mini, yang mengundang syahwat dibiarkan lenggang kangkung!
Aneh memang dunia, orang yang menjalankan agamanya kok diributkan, orang yang membela agamanya kok dicurigai, orang memberantas kemaksiatan dan kemungkaran malah dimusuhi, sedangkan tempat-tempat maksiat dilindungi, pemabok-pemabok dibiarkan dan minuman keras beredar semaunya. Dunia memang mau kiamat, bila kemaksiatan merajalela, sedangkan orang-orang yang melakukan kebaikan, malah disingkirkan!
Kita kembali ke jilbab, apa salahnya muslimah berjilbab? Toh tak ada yang terganggu dan tak melanggar HAM, bahkan muslimah yang berjilbab termasuk mengamalkan Pancasila, terutama sila pertama: “Ketuhanan Yang Maha Esa” Bukankah muslimah yang berjilbab berarti taat kepada Tuhannya dan menjalankan ajaran Tuhan itu sesuai dengan Pancasila, lalu mengapa di jaman Orba muslimah yang mengamalkan Pancasila justru disalahkan? Anehkan.
Semoga hal tersebut tak terjadi lagi di Indonesia dan semoga tak ada lagi “pihak-pihak tertentu” yang mengadu domba ummat Islam dengan pemerintahnya! Kalaupun ada yang mencoba mengadudomba ummat Islam, semoga ummat Islam tak terpancing, baik dalam bentuk perorangan, ormas atau partai! Semoga ummat Islam tetap bersatu dengan sesamanya dan semoga Indonesiapun tetap damai dan tak mudah terpancing oleh isu-isu pecahnya NKRI!
Ada beberapa daerah yang sudah menerapkan perda dengan mengajurkan setiap muslimah memakai jilbab, anehnya ada pihak-pihak tertentu yang tak suka, anehkan? Perda menganjurkan muslimah berjilbab, ada pihak yang menuduh “macam-macam” herannya wanita yang pakai rok mini, pakaian yang mengundang syahwat dibiarkan. Memang Islam tak bisa dihancurkan dengan idiologi… tapi mereka mencoba dihancurkan dengan budaya. Budaya Barat yang merusak, dengan pakain, music, film, internet dan sebagainya “dijejali” pada ummat Islam dan remaja-remaja muslimah.
Maka berhatilah-hatilah, mula-mula yang diperangi jilbab dengan alasan prulalisme, libralisme dan kapitalisme, jilbabnya bertahan, dihantam dengan budaya yang merusak, narkoba dan lain sebagainya, siapa sasarannya? Ya ummat Islam! Semoga ummat Islam tak terpancing dan tak mudah terprovokasi oleh apa dan siapapun.
Oke, kita kembali ke muslimah Rusia, kalau di Rusia setiap muslimah ya berjilbab, jadi jelas sekali bedanya antara wanita Rusia yang non muslim dengan wanita Rusia yang muslimah. Bukti yang paling menarik di musim panas yang suhunya bisa menyengat, karena biasanya dingin, wanita Rusia yang muslimah tetap berjilbab! Nah kalau muslimah Rusia saja berjilbab terus, mengapa tidak diambil pelajaran bagi yang muslimah Indonesia yang belum berjilbab? Dan kalau ada pihak-pihak yang mencoba menghalangi atau memperlemah wanita berjilbab, mari kita lawan sama-sama dan katakan” Ini hak muslimah!”
0 komentar:
Posting Komentar