Oleh Yulia Safitri
‘Cosan’(selamat pagi),senyum ramah dengan tatap tulus,setia menyambut setiap wajah yang muncul dari balik pintu lift.Dia tak peduli meski terkadang raut tak ramah kurang tidur,atau kelebat acuh karena diburu waktu tak menoleh,apalagi membalas sapaanya.Wajahnya yang sumringah tak surut untuk menceriakan lobby blok tigabelas cityone.Dan ketika wajah security yang senantiasa jernih itu tak nampak,diganti wajah sangar berlipat lipat tanpa segurat senyum,kami pun bertanya tanya kemana gerangan cahaya lobby flat kami.
Sebuah rutinitas yang menyenangkan pasti akan dirindukan.Sebaliknya dengan sesuatu yang menjengkelkan,bila hadir mengganggu dan ketiadaannya adalah sebuah anugerah.
Secara normal,begitulah kehidupan yang diinginkan setiap orang.menjumpai hal-hal yang menarik,bisa menjernihkan pikiran dan menetralkan hati.Namun tanpa kita sadar telah mengundang unsur negative,merusak ekosistem jiwa yang damai tersebut.Terlepas dari cobaan dan musibah dari Allah,tergantung bagaimana menyikapi,banyak sedikit rejeki,dilihat dari cara mensyukuri.Life is easy if we love it.
‘Sedang berkhalwat dengan kekasihku,Allah’,sebuah kalimat yang muncul dari seorang teman.Kaget,tentu saja.Kelamnya kehidupan yang pernah dia lakoni,telah disadari sebagai lembaran hitam yang harus segera dicuci bersih.Jadwal ketat dibuat,dengan kesibukan yang seabreg ibadah menjadi prioritas utama.Dia akui pada awal terasa sulit dan berat,bahkan hampir menyerah.Namun mengingat dosa yang menggunung dan mungkin hari itu kesempatan terakhir,semangatnya kembali terlecut.
Seiring berjalannya waktu ibadah telah menyatu dengan jiwanya,menjadi gerak otomatis tanpa memerlukan alarm atau selembar agenda harian.Seperti menapaki sebuah jalan yang kakinya telah hapal betul sehingga tak perlu perintah otak untuk memberi aba-aba dalam melangkah.Ibadah menjadi salah satu komponen penting,bila tak ada,maka harinya akan terasa hambar.Jiwanya akan protes karena haus siraman rohani.Kerja kerasnya untuk menciptakan jalinan waktu yang indah dilandasi keikhlasan,telah membuahkan hasil.
Kehidupan seperti apa yang kita inginkan?bisakah kita ciptakan?Semua berawal dari cinta,yang diikuti kata pengorbanan.Untuk mendapatkan cintaNya?sungguh layak membuat banyak pengorbanan.Hidup ibarat sebuah rumah kontrakan,suasana seperti apa yang ingin dirasakan.Bagaimana agar betah didalamnya dan mendapat ridho Sang Pemilik rumah.Adakalanya kita harus mendisiplinkan diri dan tegas untuk membuat ibadah menyatu dalam setiap denyut jantung dan mengalir dalam darah kita agar menjadi bagian penting retorik hidup.Menjadi hamba yang memang diciptakan untuk menyembahNya.
Dan sesungguhnya,kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka,tentulah hal yang demikian itu baik bagi mereka dan lebih menguatkan(iman mereka) (QS-An Nisa;66)
Wallahu’alam Bishawab
0 komentar:
Posting Komentar